Translate

Manusia Terakhir

Oleh: Langgeng Prima Anggadinata
I

Jangan bayangkan: Sepandang laut yang luas. Jauh. Tak berujung. Seolah-olah tak ada kata ‘sampai’. Angin membawa asin. Matahari tergantung seperti yang sulit terjatuh. Panas. Bahkan air pun menyimpan api di punggungnya. Kulitmu akan terbakar. Kalau kau punya sebatang leher, kau akan haus dan tiba-tiba jadi penyedih. Dan akulah si penyedih. Sebab aku di sini—di tempat yang sebenarnya kau bayangkan. Di laut ini. Duduk di atas perahu kecil. Sendiri. Tapi sebenarnya berdua. Hadap-menghadap. Anggap orang itu tak ada. Sebab kuanggap ia mati atau memang mati.

II

Pulau terakhir. Sulit membayangkannya: Kutub-kutub mencair. Air laut meninggi. Orang-orang menghilang. Pulau-pulau tenggelam. Tinggal pulau itu, yang dahulunya sebuah dataran tinggi. Kami pernah tinggal di sana sampai pulau itu mati seperti sepandang padang pasir. Sekarang kami di laut. Menyedihkan.

Sulit menceritakannya: Sudah empat puluh tujuh hari kami melaut untuk mencari kata ‘sampai’. Kata lelaki itu ada kata ‘sampai’, ada suatu tempat. Sekarang, ingin aku membuangnya ke laut. Sebab tepat di hari keempat puluh ia diam seperti yang mati.  Sebab kami tak sampai-sampai pada kata ‘sampai’.

III

Ia telah berbohong. Kami tak saling hadap-menghadap. Ia pergi. Menghilang. Ia sudah mati. Dan aku benar-benar sendiri di perahu ini. Jangan tanya ia di mana. Anggap saja ia telah sampai pada kata ‘sampai’. Aku mencintainya meski setiap hari berkurang. Dan mulai besok aku membencinya.

Bayangkan: Sepadang laut jauh. Kau adalah manusia terakhir. Sendiri. Berada di sana. Sebuah tempat yang masih kau bayangkan. Tapi akulah manusia terakhir. Sendiri. Berada di sebuah tempat yang masih kau bayangkan.***

____________

Biodata Penulis:

Langgeng Prima Anggradinata—dilahirkan di Bogor. Bergiat di Arena Studi Apresiasi Sastra sebagai ketua. Menulis puisi, cerpen, dan esai. Beberpa karyana dimuat di pelbagai media massa, di antaranya, Pikiran Rakyat, Batam Pos, Padang Ekspres, Tribun Jabar, Radar Banten, Harian Global Medan, Jurnal Bogor, Jurnal Sastra RM, Buletin Siluet, dll. Karyanya juga dibukukan dalam Antologi Puisi Bersama Karnaval Kupu-kupu (Flash, 2008), Antologi Puisi Bersama Penyair Muda (2009), Antologi Puisi Monolak Lupa (Obsesi Press, 2010), Kumpulan Esai Kritik Sastra Kritik Sastra Indonesia 2009 (UPI Press, 2010).

 

 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © 2012 Berkawan untuk MelawanTemplate by : UrangkuraiPowered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.